LUWU — PT Masmindo Dwi Area (MDA) bersama Kelompok Kerja Percepatan Investasi Kabupaten Luwu (Pokja) kembali melanjutkan rangkaian kegiatan Forum Desa (FORDES) di enam desa lingkar tambang dan jalur akses Awak Mas Project, yakni Bonelemo, Tettekang, Marinding, Ulusalu, Rumaju, dan Tolajuk.
Agenda ini menjadi wadah komunikasi rutin antara perusahaan, pemerintah daerah, dan masyarakat untuk memastikan pembangunan berjalan transparan, terdokumentasi, dan sesuai kebutuhan warga.
Sekretaris Pokja, Zulkarnaim, menegaskan bahwa FORDES tidak hanya berfungsi sebagai ruang diskusi, tetapi juga mekanisme formal penyampaian aspirasi masyarakat yang langsung terhubung dengan pemerintah dan pihak perusahaan.
“Pokja hadir untuk menjembatani kepentingan warga, pemerintah, dan MDA. Prinsipnya sederhana: aspirasi harus didengar, diproses, dan ditindaklanjuti. FORDES menjadi ruang dialog resmi yang mendorong keterbukaan dan meminimalkan salah informasi,” ujarnya.
Dalam forum di enam desa tersebut, masyarakat menyampaikan sejumlah aspirasi, terutama terkait perbaikan infrastruktur jalan, keselamatan lalu lintas, pengendalian debu, serta peningkatan transparansi informasi mengenai tenaga kerja.
Selain itu, warga juga mendorong pelatihan keterampilan bagi pemuda agar siap menghadapi fase pembangunan aktif.
Sejumlah desa turut mengusulkan pengembangan ekonomi lokal berbasis potensi daerah. Di Bonelemo, misalnya, warga mendorong penguatan budidaya nilam dan kelompok kerajinan tangan lito.
Sementara itu, Desa Tolajuk menyoroti penguatan koperasi Merah Putih dan kelompok tani, sedangkan warga Ulusalu mengajukan reboisasi lokasi bekas longsor serta bantuan tanaman buah dan bibit ikan.
Perwakilan Pokja, Dr. Maman, menyebut pelibatan aktif masyarakat dalam FORDES sebagai bagian dari upaya membangun kontrol sosial yang sehat.
“Kami memastikan setiap catatan dan aspirasi masyarakat diteruskan untuk ditindaklanjuti. Dialog seperti ini penting agar pembangunan tidak hanya cepat, tetapi juga tepat sasaran dan berkelanjutan,” jelasnya.
Sebagai bentuk komitmen terhadap keterbukaan, MDA juga menempatkan materi dan flyer mekanisme pengaduan (grievance mechanism) di beberapa kantor desa dan rumah ibadah. Melalui mekanisme ini, masyarakat dapat menyampaikan keluhan atau pertanyaan secara langsung dan terdokumentasi.
Kepala Teknik Tambang (KTT) MDA, Mustafa Ibrahim, menambahkan bahwa FORDES menjadi bagian dari upaya perusahaan menjaga kedekatan dengan masyarakat.
“Setiap desa memiliki potensi dan kebutuhan yang berbeda. Kami ingin mendengar langsung agar kolaborasi yang dibangun benar-benar tepat dan bermanfaat,” tuturnya.
Mustafa juga menegaskan bahwa seluruh masukan dari enam desa akan dirumuskan bersama Pokja untuk program lanjutan.
“Harapan kami, forum ini tidak berhenti pada pendataan aspirasi, tetapi berlanjut menjadi kerja sama konkret yang memperkuat kemandirian desa dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal,” tutupnya.
Pelaksanaan FORDES di enam desa tersebut mencerminkan komitmen MDA dan Pokja dalam membangun komunikasi partisipatif dan transparan antara masyarakat, pemerintah daerah, dan perusahaan.
Dengan mekanisme terbuka dan tindak lanjut yang terukur, pembangunan Awak Mas Project diharapkan dapat memberi manfaat berkelanjutan bagi masyarakat sekitar. (*)













Komentar