MDA Bekerjasama dengan UNCP untuk Membangun Desa Tangguh Bencana

Metro259 Dilihat

LUWU  – Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) 2022-2024, Kabupaten Luwu, lokasi operasional PT Masmindo Dwi Area (MDA), tercatat sebagai daerah dengan risiko bencana tertinggi di Sulawesi Selatan.

Mengingat hal tersebut, MDA berkomitmen untuk mengutamakan kesiapsiagaan dalam setiap kegiatan operasionalnya dengan memastikan standar keselamatan yang tinggi di seluruh aspek operasional perusahaan.

Menurut data IRBI yang dirilis oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kabupaten Luwu berada di zona merah kerentanan terhadap gerakan tanah dan longsor.

Kepala Teknik Tambang MDA, Mustafa Ibrahim, menjelaskan bahwa upaya mitigasi yang terintegrasi menjadi sangat penting untuk diterapkan.

“Kami sadar akan tantangan geografis dan risiko bencana alam di area operasional kami. Oleh karena itu, kami terus mengembangkan langkah-langkah kesiapsiagaan yang melibatkan mitra kerja berpengalaman guna memastikan kelancaran operasional tanpa mengabaikan aspek keselamatan,” ujarnya.

Mustafa menambahkan bahwa kesiapsiagaan tidak hanya menjadi tanggung jawab perusahaan, namun juga masyarakat sekitar yang harus dilibatkan.

BACA JUGA :  Kurang Stok, Harga Gula Pasir di Palopo Melonjak

Untuk itu, MDA bekerja sama dengan Universitas Cokroaminoto Palopo (UNCP) untuk meluncurkan program Desa Tangguh Bencana (DESTANA).

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat desa dalam menghadapi bencana dengan penguatan kesiapsiagaan, mitigasi, serta kemampuan pemulihan pasca-bencana.

Pada tahap awal, program ini akan dijalankan di dua desa, yakni Ulusalu dan Bonelemo, dengan rencana untuk meluas ke seluruh desa di wilayah Latimojong.

MDA juga telah memasang alat sistem peringatan dini (Early Warning System), seperti Automatic Water Level Recorder (AWLR) di Sungai Ulusalu dan Automatic Weather Station (AWS) di Desa Salubulo, untuk memberikan informasi real-time terkait kondisi cuaca dan level air sungai.

Tidak hanya itu, MDA juga memiliki tim Emergency Response Team (ERT) yang terlatih dalam penanggulangan bencana. Tim ini tidak hanya beroperasi di area tambang, tetapi juga berpartisipasi dalam penanganan bencana di daerah lain, termasuk di Kabupaten Barru.

BACA JUGA :  BMS Serahkan Bantuan Sembako Serta Kebutuhan Dasar Bagi Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Tim ERT MDA secara rutin berlatih bersama berbagai lembaga di Luwu, seperti Dinas Kebakaran, PMI, dan BPBD Luwu, serta memberikan pelatihan di perguruan tinggi di Luwu dan Palopo.

Ke depan, masyarakat Ulusalu dan desa-desa lainnya akan menerima pelatihan serupa.

Untuk mendukung pembekalan masyarakat terkait program DESTANA, MDA dan UNCP menggelar sesi pemaparan kebencanaan pada Januari 2025, yang dihadiri oleh perwakilan BPBD Luwu, Kepala Desa Ulusalu, serta Kepala Dusun.

Dalam acara ini, tim UNCP membahas penyebab banjir dan longsor yang terjadi di Desa Ulusalu pada Mei 2024, dengan memaparkan data foto udara yang mereka miliki.

Selain fokus pada kesiapsiagaan bencana, MDA juga berupaya membangun program berkelanjutan melalui edukasi teknik pertanian berbasis greenhouse.

BACA JUGA :  PT Masmindo Dwi Area dan POLDA Sulawesi Selatan Teken Nota Kesepahaman untuk Perkuat Pengamanan

Pola pertanian ini dirancang untuk mengurangi risiko gagal panen dan memberikan pendapatan yang stabil bagi masyarakat, sekaligus mengurangi pembukaan lahan di kawasan rawan longsor.

Dr. Ichwan, Ketua Tim Program Kolaborasi Pengabdian Masyarakat (PKM) UNCP, mengungkapkan, Kolaborasi antara MDA dan Pemerintah Desa dalam membentuk dan memperkuat DESTANA merupakan langkah penting dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap risiko bencana.

Selain itu, teknik pertanian greenhouse menjadi solusi yang relevan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi risiko kerja, serta meminimalkan kerusakan lingkungan yang dapat memicu bencana alam.

Kepala Desa Ulusalu juga memberikan apresiasi terhadap program ini.

“Program ini sangat bermanfaat bagi masyarakat karena memberikan pengetahuan baru tentang kesiapsiagaan bencana. Selain itu, metode pertanian yang diajarkan memberikan harapan baru bagi petani untuk memperoleh pendapatan yang lebih stabil tanpa harus mempertaruhkan nyawa dengan membuka lahan di lereng pegunungan,” tuturnya. (*)

Posting Terkait

Jangan Lewatkan

Komentar