OPINI : IPMIL dan Hak Politik Kadernya

Oleh : Iqra, Sekjend PP IPMIL

SEKAPUR SIRIH

Banyak upaya untuk menciptakan individu-individu yang dewasa, sedikit diantaranya seperti belajar sebaik mungkin dalam tiap-tiap momen yang ada dan menjadikan pengalaman sebagai modal pembelajaran dalam proses kehidupan ini. Semakin sering belajar memahami suatu momen maka Kita semakin dewasa mengambil sikap dan semakin sering belajar dari pengalaman maka Kita semakin objektif menilai.

Saya adalah salah satu Pemuda dan Mahasiswa yang berasal dari Luwu, Kecamatan Bua, Desa Tiromanda. Saya tinggal bersama keluarga hebat yang mendidik saya menjadi orang yang pantang berbicara dua kali bahkan lebih. Kehidupan saya sederhana, tidak bergelut dalam kemewahan seperti orang-orang pejabat di luar sana yang hidup bergelimang harta.

Tapi kata orang saya adalah bajingan, pelacur Intelektual, pengemis, amoral dan masih banyak lagi pendapat tapi inilah persepsi dan sudah pandang, saya tidak bisa melarang karena semua orang berhak atas pendapatnya dan tiap-tiap sudut pandang adalah juga sebagai pembelajaran dan motivasi agar lebih baik kedepan.

Saya hanya bisa berpesan kepada orang-orang yang menilai saya bahwa saya tidak menutup dan membatasi interaksi dan pertemanan, tapi ingat bahwa kepentingan pertemanan tetaplah pertemanan dan kepentingan politik tetaplah politik. Semoga momentum kali ini bisa membawa kita pada pendewasaan dan membuat kita semua semakin objektif menilai.

Pada tulisan ini, izinkan saya pribadi Iqra Muslim Said meminta maaf yang sebesar-besarnya dan mengklarifikasi terkait dugaan pelanggaran yang menyeret lembaga PP IPMIL dalam politik praktis yang terjadi dalam proses pilkada Kabupaten Luwu, bahwa dalam kegiatan/agenda politik salah satu kontestan pilkada Kabupaten Luwu yang dimana saya berpihak dan berorasi itu merupakan tindakan yang  murni membawa nama pribadi saya Iqra Muslim Said selaku pemuda Kecamatan Bua dan tidak sama sekali ada maksud menjual atau membawa lembaga tercinta ini kedalam agenda politik praktis. Kepada Kakanda Ayundaku, beserta teman-teman PP IPMIL yang sudah merasa kecewa, sekali lagi saya minta maaf.

Kepada Kakanda, Ayundaku di keluarga besar IPMIL, Kepada internal PP IPMIL Periode 2023-2025 dan Kepada seluruh kader IPMIL yang membaca tulisan ini, izinkan saya untuk menulis dan mengutarakan pendapat tentang lembaga tercinta ini pada momen pilkada Kabupaten Luwu 2024. Terimakasih.

Tulisan ini hadir berdasarkan pandangan saya terhadap kondisi sosial politik saat ini dimana kita sedang berada pada momentum pemilihan calon pemimpin daerah Kabupaten Luwu yang akan menjadi dan menciptakan pemerintahan baru selama lima tahun kedepan. Sebuah ketertarikan muncul dalam benak saya melihat dan menganalisa IPMIL sebagai lembaga Wija to Luwu yang memiliki peran dan fungsi, juga mempunyai kader yang tidak terlepas dari pada hak dan kewajiban yang melekat pada dirinya salah satu diantaranya adalah hak politik, yang dimana momentum politik kali ini saya mencoba memahami bagaimana eksistensi IPMIL dan kadernya di tengah arus kepentingan pilkada di kabupaten Luwu dan Kita ketahui bersama eksistensi IPMIL dan pemerintah daerah  Kabupaten Luwu tidak bisa dipisahkan.

BACA JUGA :  Kritik Terhadap Opini” Kampus itu ruang akademik atau Arena Kampanye Politik?

Pemerintah sebagai pemangku kebijakan dan IPMIL adalah controling kebijakan yang hadir sebagaimana fungsi pelajar dan mahasiswa, agent of change dan sosial control dan ini merupakan sebuah kesatuan yang terus berlangsung. Siapapun kedepannya yang akan menjadi pemimpin di Kabupaten Luwu, pemerintahannya harus membuat kebijakan yang berpihak terhadap kepentingan masyarakat dan IPMIL hadir untuk mengawal serta memastikan hal itu seperti yang dijelaskan atau tercantum dalam konstitusi yang menjadi nilai dasar bahwa peran PP IPMIL adalah mengawal dan turut serta dalam pembangunan daerah.

IPMIL YANG SAYA PAHAMI

Ikatan Pelajar Mahasiswa Indonesia Luwu (IPMIL) merupakan lembaga yang tercatat dalam sejarah dibentuk pada tanggal 08 Agustus 1958. IPMIL merupakan organisasi kedaerahan di Indonesia yang secara eksistensial menjadi rowl model gerakan dan control sosial yang di Sulawesi Selatan khususnya Kabupaten Luwu.

Lembaga yang kini sudah berumur 66 Tahun menjadi wadah bagi Pelajar dan Mahasiswa Kabupaten Luwu untuk belajar berkomitmen, belajar bertanggung jawab dan belajar menghargai budaya Luwu. Hadir sebagai tempat berkumpulnya Wija to Luwu yang sedang berada ditanah rantau, menempuh pendidikan dan menghimpun kepentingan sesama Wija to Luwu yang senasib dan sepenanggungan demi persatuan kekeluargaan.

IPMIL adalah rumah bagi Pelajar dan Mahasiswa Wija to Luwu untuk berproses dan berkembang, mengasah keterampilan dan potensi untuk mencapai tujuan tiap-tiap kader dan organisasi sesuai yang diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga . Rumah yang berlandaskan kekeluargaan dan nilai-nilai budaya leluhur, sebagaimana yang tercantum dalam nilai dasarnya. Dirumah inilah terdapat banyak banyak hal, khususnya sebagai tempat bersilaturahmi dengan teman-teman dan keluarga yang berasal dari Larompong Selatan hingga Walendrang Lamasi dan IPMIL sebagai wadah yang menjunjung solidaritas antar sesama Wija to Luwu baik suka maupun duka.

BACA JUGA :  PT MDA Mengeruk Emas, Mendulang Kesejahteraan

POTENSI KADER IPMIL

IPMIL merupakan organisasi pencetak kader yang potensial. Sumber daya manusia yang dimiliki organisasi kedaerahan ini sudah tidak diragukan lagi trackrecordnya. IPMIL sebagai laboratorium pencetak kader telah banyak menciptakan kader seperti lawyer-lawyer, teknokrat, ekonomi, sosiolog apalagi kader politikus yang handal. Ini merupakan aset dan investasi fundamental yang harus diperhatikan dan terus terawat.

IPMIL hadir di tanah Luwu, sebagai kontrol sosial dan pembawa perubahan. Lewat peran kader IPMIL berbagai upaya yang telah dilakukan membawa harapan di Luwu Raya. Pikiran dan gagasan, upaya dan berbagai macam tindakan diperuntukkan untuk menciptakan kondisi sosial yang berkemajuan. Lewat kader IPMIL situasi dan kondisi harus dalam keseimbangan, antara pemerintah dan masyarakat Luwu, kader IPMIL lah yang  merupakan jembatan kepentingan masyarakat dan selalu menjadi pengawal dan IPMIL tidak pernah berhenti melahirkan program-program yang bermanfaat lewat peran kader yang berorientasi membawa perubahan dan selalu objektif dalam bersikap.

PILKADA LUWU ADALAH PERTARUNGAN KADER IPMIL

Perlu kita ketahui bahwa momentum kali ini, pemilihan kepala daerah Kabupaten Luwu terdapat peran penting dari para alumni/ kader-kader terbaik IPMIL. Momentum kali ini merupakan arena pergolakan strategi , ideologi dan taktik dari kader IPMIL.

Siapa yang tidak kenal dengan nama seperti Kak Erwin Barabba, Kak Patahuddin dan Kak Arham Basmin. Mereka adalah putra terbaik daerah Kabupaten Luwu dan merupakan kader-kader terbaik IPMIL yang sedang berkontestan, yang sedang berkompetisi, yang sedang beradu strategi ideologi dan taktik untuk memimpin daerah Kabupaten Luwu lima tahun kedepan. Yang lebih menarik lagi nama-nama senior IPMIL seperti Kak Listan Cr, Kak Saras, Kak Azhar Mustamin Toputiri dan senior-senior IPMIL lainnya yang ikut terlibat membersamai secara ide/gagasan dan menjadi kingmaker dalam pemenangan pilkada Kabupaten Luwu.

Momentum politik dalam pilkada Kabupaten Luwu kali ini memberikan pelajaran bahwa kader IPMIL punya kontribusi dalam membangun daerah, baik ide/gagasan maupun kerja nyata. Baik Kak Erwin Barabba, Kak Patahuddin dan Kak Arham Basmin , mereka hadir membawa gagasan-gagasan terbaik, ide pembaharuan dan pengalaman-pengalaman. IPMIL adalah laboratorium pemimpin yang ada di Kabupaten Luwu dan dari IPMIL lahirlah pemimpin yang bisa memberikan kesejahteraan masyarakat Luwu. Siapapun pemimpin yang terpilih nantinya mereka adalah amanah rakyat dan mereka adalah yang terbaik untuk Kabupaten Luwu.

BACA JUGA :  OPINI : Lucu-Lucuan Ala Mahasiswa IAIN Palopo

HAK POLITIK KADER IPMIL

PP IPMIL sebagai organisasi berbasis kedaerahan Luwu yang terdapat 22 Komisariat naungan sesuai dengan jumlah Kecamatan di Kabupaten Luwu yang  mempunyai ribuan kader dan alumni.

Menurutku, tidaklah muda menyandang status kader dalam organisasi yang besar ini, IPMIL (Ikatan Pelajar Mahasiswa Indonesia Luwu). IPMIL selain sebagai organisasi kedaerahan dan kekeluargaan juga merupakan organisasi sekaligus tempat belajar banyak soal komitmen dan konsistensi.

Dalam kondisi seorang kader, adakalanya di momen atau kondisi tertentu diharuskan untuk mengingat dan membaca kembali pembahasan unik antara dua filsuf dari yunani, Plato dan Aristoteles yang menyoal konsep idealisme dan realisme.

Tiap proses yang diemban seorang kader akan ketergantungan oleh cita-cita atau hal abstrak dan sampai kepada hal yang ideal yakni berkembang dalam kultur tanpa kepemilikan dan ego yang mendominasi. Sedangkan ada kader yang dalam prosesnya terkesan kondisional dan penuh pertimbangan praktis dalam geraknya bahkan menjadikan ego sebagai formula untuk berkembang dan maju. Plato beranggapan bahwa pikiran lebih indah dari kenyataan sedangkan Aristoteles yang beranggapan bahwa apa yang nampak lebih memberikan kesan dalam kehidupan ini.

Kondisi sosial politik sekarang membuat kader IPMIL harus mengambil peran dan pandai menempatkan idealismenya serta realistis melihat dan membaca momentum. Hak politik yang melekat pada kader IPMIL adalah konkret sebagai hak personal dan privat tanpa intervensi dan kekangan. Kader IPMIL adalah pemilih cerdas dan pandai memakai hak politiknya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang dimiliki dan berdasarkan sudut pandang dan latar belakang yang melekat yang tak dapat dipisahkan. Kader IPMIL berhak memilih pemimpin yang menurutnya mampu membawa perubahan di Kabupaten Luwu. Kader IPMIL paham bahwa setiap sikap dan pilihan mengandung konsekuensi dan Kader IPMIL menolak money politik, black campaign dan politik tidak sehat selama proses pemilihan kepala daerah kabupaten Luwu 2024.

Dan akhirnya saya paham bahwa Kehidupan ini menurutku adalah sebuah proses perjuangan yang penuh pertarungan dan momentum kali ini adalah sebuah pertarungan gagasan dan ide dari kader IPMIL dan Saya bnyak belajar dari pesan pahlawan nasional Sutan Syahrir yang mengatakan bahwa ” HIDUP YANG TIDAK DIPERTARUHKAN TAK AKAN DIMENANGKAN”. Kader IPMIL, ketika ia tidak berjuang dan bertarung maka ia tidak akan menang ! (*)

Komentar